The Beautiful Side of Emotion
Allah tidak pernah menciptakan sesuatu dengan sia-sia. Bahkan penciptaan bakteri yang kecil tak terlihat, angkasa yang kosong nan luas, hingga penciptaan iblis yang sesat dan menyesatkan. Itu semua tidaklah sia-sia dan pasti punya makna. Terlebih emosi yang Allah karuniakan pada kita.
Ada enam emosi yang kerap kali dilabeli negatif. Yaitu apathy (apatis), grief (kesedihan), fear (ketakutan), lust (nafsu), anger (kemarahan), pride (sombong). Memang ke-enam emosi tersebut lebih sering menimbulkan dampak negatif dalam diri manusia dan lingkungannya. Akan tetapi tidak berarti ke-enam emosi tersebut tidak berguna dan pantas dilenyapkan. Tidak sama sekali.
Justru ketika kita mau duduk bersama emosi tersebut. Membiarkan mereka menjelaskan dirinya sendiri. Mendengarkan tanpa penilaian. Menganggap mereka sebagai makhluk Tuhan yang diutus dengan hikmah. Maka seketika itu pula pandangan kita pada emosi-emosi tersebut berubah. Yang tadinya kita anggap lawan, ternyata mereka kawan. Yang tadinya kita jauhi, kini kita kasihi. Yang tadinya kita takuti, sekarang kita dekati.
Hidup ini indah dengan segala apa yang ada di dalamnya. Sudah sempurna dengan semua masalah yang menerpa. Sudah luar biasa dengan segala tampak ketidaksempurnaan. Inilah hidup yang dirindukan. Berdamai dengan segala sesuatu, termasuk dengan ketidakdamaian itu sendiri. Allah telah mengisyaratkan dengan lembut di Al-Quran, ketika menyampaikan kisah Nabi Ibrahim yang tetap selamat dan merasakan kesejukan di tengah kobaran api.
Apathy : Emosi yang membuat kita putus asa, ingin menyendiri, ingin mengakhiri hidup, tak berguna, merasa bukan siapa-siapa, buntu, lumpuh. Adalah emosi yang sama yang membantu kita betah berlama-lama merenung, introspeksi, bertapa, semedi. Membantu kita dapat menemukan jati diri. Apathy sejatinya menyadarkan kita bahwa kita memang bukan apa-apa di hadapan Allah Sang Pencipta.
Grief : Emosi yang membuat kita meneteskan air mata, kecewa, sesak, sedih, pahit, sakit. Adalah emosi yang sama yang membantu kita bisa lebih simpati dan empati pada sesama. Merasakan penderitaan orang lain seolah-olah menimpa kita. Sehingga kita dapat merespon dengan lebih tepat dan bijak. Sehingga kita tidak mudah meremehkan penderitaan orang lain. Menjadikan kita manusia sebagaimana saat ini, yang saling peduli karena pernah merasakan kepahitan yang sama.
Fear : Emosi yang membuat kita cemas, khawatir, takut, resah, gelisah. Adalah emosi yang sama yang membuat kita lebih waspada dan berjaga. Demi mempertahankan hidup dan kepentingan orang tercinta. Adalah emosi yang memicu antisipasi, mencegah hal buruk terjadi sebelum itu terjadi. Perasaan yang membuat diri kita berpikir berkali-kali sebelum melakukan hal yang berpotensi bahaya.
Lust : Emosi yang menghanyutkan dan menyesatkan. Karena menginginkan tidak sama dengan memiliki. Sehingga secara tidak sadar menempatkan diri kita selalu dalam posisi menginginkan, lagi dan lagi, tidak pernah merasa puas. Adalah emosi yang sama yang membuat manusia dapat mempertahankan hidup dan berkembang biak melalui konsumsi dan reproduksi. Adalah emosi yang sama yang membuat kendaraan semakin cepat, aman, dan nyaman. Adalah emosi yang sama yang membuat hidup bertambah mudah.
Anger : Emosi yang sifatnya menghancurkan, bahkan hanya dengan lontaran kata-kata. Emosi yang sakit dan menyakiti. Adalah emosi yang serupa yang membuat kita berani membela diri, melindungi sesama, bersikap tegas terhadap hal-hal yang merugikan dan atau menyakiti orang lain. Emosi yang mencegah orang lain bersikap sewenang-wenang. Emosi yang ledakannya bisa menghentikan kejahatan secara seketika.
Pride: Emosi yang membuat iblis dikeluarkan dari surga. Sombong, merasa lebih tinggi dibandingkan makhluk lain, merasa jumawa, unggul, tak terkalahkan. Adalah emosi yang sama yang membuat kita saling bersaing dalam hal yang positif. Emosi yang membuat kita menghargai dan mensyukuri sebegitu bagusnya ciptaan Tuhan.
Dalam perjalanan mengenal emosi. Yang tadinya di labeli sebagai emosi negatif lantas menjadi emosi ‘negatif’, dengan tanda kutip. Karena kita menjadi tahu dan kenal bahwa emosi-emosi tersebut juga punya sisi baik. Lantas semakin dalamnya kita mengenal emosi. Emosi ‘negatif’ itu pun menjadi sekedar emosi. Tidak ada lagi label negatif disitu, baik yang tanpa maupun dengan tanda kutip. Emosi adalah emosi. Yang juga ciptaan Tuhan yang diciptakan karena ada maksud dan hikmah didalamnya.
Emosi sama seperti pisau yang kita gunakan untuk memotong bahan makanan. Hanya saja kita yang selama ini salah, memegang pisau tersebut di sisi tajamnya, bukan pada gagangnya. Tak heran pisau itu malah berbalik menyakiti diri sendiri. Pisau tidak salah, kita lah yang selama ini terlalu bodoh. Jika pisau itu dipegang pada gagangnya, apalagi disarungkan. Dan hanya dikeluarkan jika diperlukan. Maka pisau adalah alat yang sangat membantu. Bukan lagi senjata yang dapat menyakiti diri sendiri maupun orang lain.
Post Comment