Laci Memori yang Terkunci Rapat
Beberapa orang punya memori yang tidak ingin ia ingat lagi seumur hidupnya. Memori dari masa lalu yang sedemikian menyakitkan sehingga untuk melihatnya kembali pun kita enggan. Jika memori itu berbentuk benda, maka benda itu kita kunci rapat dalam laci yang digembok, dan kunci gemboknya kita buang. Sedemikian ingin menghindarnya kita dari memori masa lalu yang pahit.
Jika memori pahit itu berkaitan dengan tempat, maka kita cenderung menghindari tempat tersebut. Jika ingatan negatif itu berkaitan dengan seseorang, maka kita cenderung tak mau bertemu dengan orang tersebut. Kita tidak berani berhadapan muka dengan apapun yang mengingatkan kita atas situasi tidak menyenangkan yang pernah kita alami. Tapi sadarkah, sebenarnya bukan memori itu yang ingin kita hindari! Tapi emosi negatif yang terbangitkan dari hadirnya memori tersebut.
Kamu tahu apa yang makna dari memori yang disembunyikan rapat-rapat? Itu tanda kamu belum berdamai dengan dirimu sendiri! Itu tanda bahwa ada bagian dari cerita hidupmu yang belum bisa kamu akui! Itu tanda bahwa ada pelajaran dari masa lalu yang masih belum bisa kamu ambil hikmahnya!
Tidak mengapa menyimpan memori di laci pikiran. Sebagian besar memori memang tidak untuk selalu diingat dan dipikirkan. Tapi jangan mengunci rapat, menggembok mati sebuah memori. Terlebih kalau memori itu tidak membuatmu nyaman, membuatmu kembali merasa tersakiti, membuatmu kembali merasakan emosi dari masa lalu. Memori semacam itu bisa saja kelak berontak dimasa depan dan menghantuimu jika kamu terus-terusan menghindar darinya. Entah dalam bentuk penyesalan atau mimpi buruk.
Memori dari masa lalu, emosi dari hal yang sudah lampau adalah ibarat minyak bumi. Memang di permukaan ia terlihat hitam, kotor, lengket. Tapi apakah kamu sadar minyak itu apa? Minyak adalah sumber energi, jika diolah dengan benar. Begitupun peristiwa masa lampau berikut dengan emosi yang menyertainya. Ia adalah mutiara hikmah yang khusus Allah titipkan pada kamu untuk merasakannya. Peristiwa yang tidak mengenakkan itu adalah bagian dari ayat Allah yang khusus diturunkan padamu. Untuk apa?
Untuk kamu dapat mengambil hikmah dan pelajaran darinya. Supaya kamu dapat lebih bijaksana sebagai manusia. Supaya kamu dapat belajar menerima dirimu seutuhnya. Sebagai sumber energi untuk menjadi lebih baik. Bukan untuk dihindari, bukan untuk ditekan, bukan untuk disembunyikan, bukan untuk dikunci rapat-rapat.
Rasa sakit memang adalah hal yang tak terelakkan dari hidup, kita semua pernah merasakannya. Rasa sakit, sedih, kecewa dan semacamnya adalah satu paket yang datang dengan kehidupan itu sendiri. Kamu tidak bisa hidup tanpa rasa sakit. Sebagaimana seorang bayi tidak bisa berjalan tanpa ia pernah terjatuh. Sebagaimana seorang murid tidak bisa naik kelas tanpa melewati ujian. Rasa sakit tidaklah seburuk itu, rasa sakit adalah teman hidup.
Bedakan antara rasa sakit dengan penderitaan. Jika rasa sakit adalah hal yang tak terhindarkan, maka penderitaan adalah sebuah pilihan. Kita masih dapat mengalami percikan emosi dari memori masa lalu misalnya. Ketika kita mengingat pernah dikecewakan oleh seseorang, atau ketika kita melewati momen-momen penting orang tercinta, atau ketika terjadinya perpisahan, pertengkaran, konflik. Percikan rasa sakit itu tidak bisa dipungkiri akan hadir.
Namun kita bisa memilih untuk tersenyum pada rasa sakit itu. Kita bisa memilih untuk tidak menghindar. Kita bisa memilih untuk tidak menderita. Kita bisa memilih untuk tetap membiarkan memori-memori itu tersimpan dalam laci yang tidak dikunci rapat.
Tulisan ini bukan untuk siapa-siapa, tapi untuk diri saya sendiri. Agar lebih berani menghadapi diri sendiri.
Post Comment