Sebuah Analogi Perceraian
Bayangkan kamu sedang menstandar sepeda motor. Karena suatu kecerobohan ternyata standar sepeda motor tidak sempurna menopang. Jatuhlah sepeda motor yang sedang terparkir tersebut. Tapi bukan itu tragedi yang sesungguhnya. Ternyata persis setelah jatuh di parkiran, rangka motor itu ikut patah. Apakah patahnya rangka motor hanya karena terjatuh ketika di parkiran?
Bagi kamu yang logikanya masih normal pasti berasumsi bahwa jatuhnya motor di parkiran bukan penyebab utama patahnya rangka motor. Kalau motor tersebut tabrakan di kecepatan tinggi, wajar kalau rangkanya patah. Tapi kalau hanya jatuh di parkiran paling cuma lecet, ga akan sampe bikin rangka motor patah. Pasti si rangka motor sudah keropos dari sebelum-sebelumnya. Jadi yang ditelusuri bukan kenapa motor jatuh di parkiran, tapi kenapa rangka motor bisa keropos atau rapuh.
Kurang lebih seperti itu saya menggambarkan sebuah perceraian. Perpisahan antara suami-istri tidak terjadi hanya karena satu event atau satu pertengkaran, karena komitmen rumah tangga harusnya kokoh. Sebagiamana rangka motor harusnya kokoh menopang body dan mesin motor. Komitmen itulah faktor yang menopang bahtera rumah tangga agar tak mudah pecah. Namun jika dalam suatu waktu, misal dalam suatu pertengkaran ternyata komitmen tersebut tak cukup kuat menopang beratnya beban rumah tangga. Ada dua hal yang harus ditelusuri.
- Komitmen tak cukup kuat. Karena memang dari awal sudah rapuh. Atau rapuh karena tidak terawat. Sebagaimana rangka motor yang rapuh bisa karena dari bawaan pabrik, atau dari hari ke hari tergerus angin dan air laut.
- Rumah tangga memikul beban yang terlalu berat. Meskipun rangka motor sudah didesain cukup kuat, namun tetap ada kapasitas angkut maksimal dimana rangka tersebut masih kuat menopang. Kalau beban sudah melebihi ambang batas, maka wajar jika rangka patah. Begitupun rumah tangga, ada beban maksimal yang bisa ditanggung, jika beban tersebut dibiarkan menumpuk maka jangan salahkan jika beban tersebut menggerus komitmen sehingga membuatnya pupus.
Contoh dari beban yang terlampau berat bagi sebuah rumah tangga adalah diam-diaman terlalu lama. Tak ada komunikasi yang bermakna, hanya sebatas urusan domestik. Atau bahkan lebih buruk lagi, tak ada komunikasi sama sekali, bahkan sekedar tegur sapa. Jujur, kondisi tanpa komunikasi maksimal 3 hari, lebih dari itu adalah beban yang terlampau berat ditanggung oleh sebuah rumah tangga.
Jangan salahkan jika rangka patah karena ia menanggung beban terlampau berat.
Post Comment