Tunjukilah Kami Jalan yang Lurus
Minimal 17 kali kita berdoa untuk ditunjuki jalan yang lurus, yaitu jalannya orang-yang yang diberi nikmat. Apakah kamu mengira orang yang diberi nikmat itu orang yang rumahnya megah, hartanya berlimpah, dan kendaraannya mewah? Kalau begitu adanya, orang kafir pun termasuk orang yang diberi nikmat. Apakah kamu beranggapan orang-orang yang diberi nikmat adalah orang yang hidupnya aman, nyaman, terntram, tanpa masalah? Sama sekali bukan.
Tapi yang dimaksud orang-orang yang diberi nikmat adalah para Rasul, para Nabi, dan Shalihin. Sebutlah Nabi Adam, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, Nabi Yusuf, Nabi Ayyub, Nabi Musa, Nabi Yunus, Nabi Isa, dan Baginda Yang Mulia Nabi Muhammad SAW. Salam sejahtera untuk beliau. Tahukah kamu apa yang dialami oleh para Nabi-Nabi tersebut? Tahukah kamu jalan kenikmatan yang mereka lalui?
Nabi Adam harus terusir dari surga, kemudian terpisah dari istrinya Hawa di bumi selama 200 sampai 500 tahun lamanya.
Nabi Nuh harus berdakwah selama 950 tahun, berjuang sekian lama dan sulitnya untuk kemudian hanya mendapat pengikut yang sedikit.
Nabi Ibrahim dibakar didalam api, diperintah meninggalkan anak istrinya di padang pasir yang gersang, diperintah menyembelih anaknya tersayang.
Nabi Ismail ditinggal ayahnya sejak kecil, harus menjalani sebagian besar hidupnya jauh dari sosok ayah.
Nabi Yusuf, dibuang ke sumur, dijadikan budak, difitnah, dipenjara.
Nabi Ayyub, kehilangan semua harta bendanya, anak-anaknya, kesehatannya selama 18 tahun.
Nabi Musa, terbuang dari tanah kelahirannya, diperintah menghadapi penguasa yang dzalim, ditekan oleh Firaun, menhadapi kaum yang keras kepala.
Nabi Yunus, didustakan oleh kaumnya, ditelan ikan hidup-hidup di tengah lautan.
Nabi isa, tidak memiliki rumah, keluarga, dan harta benda, tidak meyimpan sesuatu untuk hari esok.
Baginda Yang Mulia Rasulullah Muhammad SAW, sudah ditinggalkan ayahnya sejak di kandungan, ditinggalkan ibunya ketika masih kecil, dianggap gila oleh kaum kerabatnya sendiri, dilempari batu dan kotoran, ditinggal istri tercinta, berjalan berpuluh-puluh kilometer sendirian ke Thaif hanya untuk mendapat penolakan, terluka dalam peperangan, berulang kali dicoba dibunuh, sehari lapar dan sehari kenyang.
Masih beranikah kita berkata bahwa jalan yang orang-orang yang diberi nikmat adalah jalan yang aman, nyaman, tentram, tanpa masalah?
Masih sebegitu bodohkah kita mengganggap nikmat Allah hanya berupa kenikmatan, uang dan harta duniawi?
Pernahkah terbesit dalam pikiranmu bahwa nikmat Allah ada pada penderitaan, pada musibah, pada ujian yang mencucurkan air mata?
Pernahkan terlintas dalam hatimu bahwa nikmat Allah terletak pada hikmah, kebijaksanaan, dan keyakinan yang timbul setelah menerima kepahitan hidup?
Justru itulah nikmat Allah yang sesungguhnya. Yang tidak diberikanNya kepada selain kekasihNya.
Nikmat Allah sesungguhnya adalah tatkala engkau merasa aman dan tentram di tengah masalah. Sebagaimana Allah memberikan keamanan dan kesejukan pada Ibrahim di tengah api yang membara.
Kalau ada musibah yang membuatmu tersungkur diatas sajadah. Jika ada perpisahan yang membuatmu bertambah tekun beribadah. Jikalau ada keterpurukan yang membuatmu bangkit sholat di waktu malam. Maka ketahuilah itulah nikmat Allah yang sesungguhnya, itulah jalan yang lurus.
Post Comment