Sunk Cost, Biaya yang Harus Kamu Waspadai
Pernah merasa terjebak dalam situasi yang udah jelas-jelas nggak menguntungkan, tapi tetap dilanjut karena sayang udah banyak tenaga, waktu, atau uang yang udah dikeluarkan? Itu dia kawan, jebakan “sunk cost”. Kamu baru dengar istilah sunk cost? Daripada saya langsung memberikan definisinya. Berikut saya beri contohnya terlebih dahulu.
Bayangin gini: kamu udah beli tiket konser band kesayangan seharga setengah juta. H-1 konser, kamu tiba-tiba sakit parah, badan remuk redam. Logikanya, istirahat aja di rumah biar cepet sembuh. Tapi, kamu mikir, “Sayang banget nih tiket udah terlanjur beli! Mending sakit-sakitan aja nonton daripada rugi setengah juta.”
Atau kamu udah ngejalanin hubungan belasan tahun dengan seseorang sebagai sepasang kekasih atau pasangan suami istri. Tiba-tiba kamu mendapati pasangan kamu selingkuh, di kesempatan ini ia mengaku khilaf dan berjanji tidak mengulanginya lagi, kemudian kamu memaafkannya. Namun di lain kesempatan ternyata kamu mendapati pasangan kamu selingkuh lagi. Kamu jadi dilema antara melanjutkan hubungan atau menyudahinya. Karena menimbang sudah banyaknya waktu, energi, dan uang yang sudah kamu keluarkan untuk dia. Padahal sudah jelas apa keputusan yang harus kamu ambil di situasi tersebut.
Nah, itulah dia jebakan sunk cost! Uang tiket yang udah kamu keluarin (setengah juta) itu udah jadi “biaya tenggelam”, atau istilah populernya sunk cost. Uang itu udah nggak bisa balik lagi, mau konser atau nggak. Keputusan untuk tetap nonton, meskipun badan nggak enak, didorong oleh rasa sayang akan uang yang udah dikeluarkan, bukan oleh pertimbangan rasional. Akibatnya? Kamu malah tambah sakit, dan konsernya pun nggak dinikmati secara maksimal karena badan nggak fit.
Sunk cost itu kayak baju yang udah kekecilan, tapi tetep dipaksa dipakai karena sayang udah beli mahal. Atau kayak makanan yang udah basi, tapi tetep dimakan karena sayang dibuang. Pada akhirnya, yang ada cuma kerugian lebih besar: sakit, nggak nyaman, dan potensi membahayakan kesehatan.
Sebenarnya, keputusan yang bijak adalah lepas dari jebakan sunk cost. Kalau udah jelas-jelas nggak menguntungkan, berhentilah. Jangan biarkan biaya yang udah dikeluarkan mempengaruhi keputusan masa depan.
Contoh lain: kamu lagi menjalani bisnis rumahan yang udah jalan setahun, tapi nggak menghasilkan apa-apa. Kamu terus ngotot karena udah capek-capek membangunnya dan sayang modal yang udah dikeluarkan. Padahal, bisnis tersebut jelas-jelas merugi dan nggak ada tanda-tanda membaik. Ini juga jebakan sunk cost! Lebih baik akhiri bisnis yang merugi itu, meskipun berat, dan alihkan energi dan sumber daya ke hal yang lebih produktif.
Intinya:
Keputusan yang bijak = Pertimbangan masa depan, bukan masa lalu
Jangan biarkan masa lalu mengendalikan masa depanmu. Lepaskan diri dari jebakan sunk cost, dan fokuslah pada pilihan terbaik saat ini, meskipun itu berarti harus menerima kerugian di masa lalu. Kehilangan sedikit di masa lalu lebih baik daripada terus-menerus merugi di masa depan.
Monitor performa bisnis Anda dengan GRATIS 30 hari uji coba Accounting Software terbaik di Indonesia. Klik link ini sekarang: https://my.jurnal.id/id/users/sign_up?referral_code=MPRIZKIA001.
Atau WA 085810548732 untuk diskon dan konsultasi lebih lanjut.
Post Comment