KFC VS Ayam Goreng Mbok Berek

Ayam Goreng Mbok Berek

Siapa disini yang tidak kenal KFC? Bahkan mayoritas dari kita pasti pernah setidaknya sekali membeli produknya

Lalu siapa disini yang kenal dengan Ayam Goreng Mbok Berek? Jangankan pernah makan ayamnya, tahu namanya saja belum tentu.

Tapi saya ingat betul dua nama restoran ayam tersebut. Bukan karena rasanya atau karena saya pernah berkunjung ke restorannya. Tapi karena dua nama restoran tersebut muncul di ujian essay mata kuliah Pengantar Bisnis lebih dari 20 tahun lalu ketika saya masih semester satu di Fakultas Ekonomi.

Ketika pertanyaan tersebut saya baca “Bandingkan usaha restoran KFC dan Ayam Goreng Mbok Berek?” Dalam batin saya “Bah, mana bisa dibandingkan raksasa restoran cepat saji macam KFC yang sudah mendunia dengan restoran ayam goreng yang saya tidak tahu apakah nyata atau fiksi”. Sudah jelas tidak apple-to-apple. Ini ibarat disuruh membandingkan Honda Supra dengan Toyota Supra. Iya sih sama-sama Supra namanya, tapi beda level jauh bro.

Namun berhubung ini soal ujian yang kalau tidak dijawab bisa mengurangi nilai. Jadilah saya jawab sebisanya dengan jawaban yang berat sebelah. Yang tentunya mengunggulkan produk kapitalis bernama KFC. Waktu itu seingat saya, lebih banyak membandingkannya dari sisi manajemennya, standarisasi produk, marketing, branding, positioning, diferensiasi, pokoknya yang ada di otak saya waktu itu saya tuliskan di lembar jawaban. Tapi waktu itu ada yang terlewat yang saya tulis.

Hal yang hari ini membuat saya kagum. Yaitu Ayam Goreng Mbok Berek masih bertahan hingga hari ini. Itu yang membuat saya salut dan memutuskan untuk menulis tulisan ini setelah 20 tahun lebih kejadian itu berlalu. Sebuah bisnis tidak bertahan sedemikian lama jika tidak ada yang spesial dari bisnis itu sendiri. Bertahannya suatu bisnis dari gempuran waktu dan ketatnya persaingan adalah prestasi yang patut dikagumi. There’s must be something special in it.

Ketika saya membuka website Ayam Goreng Mbok Berek, saya langsung disajikan sebuah cerita tentang ‘Sejarah Tangisan Seorang Anak’. Tanpa membaca isinya pun hati kita sudah tergerak. Siapa yang tidak tersentuh ketika melihat seorang anak menangis. Dan itulah yang menjadi ‘hal spesial’ dari Ayam Goreng Mbok Berek. Cerita yang menjadi competitive advantage. Cerita yang tidak mungkin ditiru oleh siapapun pesaingnya. Cerita itu pada ujungnya terkonversi menjadi pelanggan yang loyal. Pelanggan yang juga punya cerita dengan Mbok Berek.

Satu lagi yang membuat saya heran, di website resminya Mbok Berek tidak memuat rincian menu, gambar yang mengundang selera, atau order online. Website nya lebih mirip museum dibanding restoran. Namun begitu, itulah yang membuatnya spesial. Mbok Berek tidak bersaing di ranah yang sama dengan KFC. Jika KFC membranding diri dengan fast food restaurant. Mbok Berek mendiferensiasikan dirinya di ranah yang sama sekali berbeda, yaitu Heritage Restaurant. Restoran yang punya sejarah. Atau sejarah yang berupa restoran.

Pertanyaannya, sampai kapan sejarah itu akan terus diingat oleh generasi saat ini? Apakah masih banyak orang yang makan di suatu tempat hanya karena sejarahnya? Biar waktu yang membuktikan. Jika 20 tahun lagi Ayam Goreng Mbok Berek masih bertahan. Maka jualan sejarah terbukti masih laku dan akan terus laku.


Monitor performa bisnis Anda dengan GRATIS 30 hari uji coba Accounting Software terbaik di Indonesia. Klik link ini sekarang: https://my.jurnal.id/id/users/sign_up?referral_code=MPRIZKIA001.
Atau WA 085810548732 untuk diskon dan konsultasi lebih lanjut.

Post Comment

You May Have Missed