Hubungan Law of Diminishing Marginal Return dan Distribusi Kekayaan

Law of Diminishing Marginal Return

Salah satu ‘Aha moment’ ketika kuliah adalah saat saya memahami penjelasan dari Law of Diminishing Marginal Return (LDMR). Buat kamu yang belum tahu istilah tersebut, izinkan saya mengilutrasikannya dengan dua contoh berikut :

Pernah ngerasain makan mie instan? Satu bungkus enak banget, ya? Dua bungkus? Masih lumayan. Tiga bungkus? Mungkin udah mulai enek. Empat bungkus? Hampir pasti kamu udah mual! Semakin banyak kamu makan mie instan, kepuasan tambahan yang kamu dapat semakin kecil, bahkan bisa jadi negatif!

Atau seperti contoh berikut :

Bayangkan sebuah petani yang menanam padi. Dengan lahan yang terbatas, ia menambahkan pupuk secara bertahap. Penambahan pupuk pertama mungkin meningkatkan hasil panen secara signifikan. Namun, penambahan pupuk selanjutnya akan memberikan peningkatan hasil panen yang semakin kecil, hingga pada titik tertentu, penambahan pupuk bahkan mungkin tidak meningkatkan hasil panen sama sekali, atau bahkan menurunkannya karena kelebihan pupuk.

Nah sampai sini, tanpa memberikan definisi langsung dari Law of Diminshing Marginal Returns (LDMR), saya harap kamu paham maksudnya. Yang saya mau bahas di tulisan kali ini adalah hubungan antara LDMR dengan distribusi kekayaan.

Sekarang mari kita buat ilustrasi yang lebih konkrit lagi. Misalkan saat ini saldo di bank kamu hanya Rp. 3 ribu. Kemudian kamu dapat tambahan saldo Rp. 100 juta. Tambahan Rp. 100 juta itu terasa sangat memuaskan pastinya, bisa buat keperluan ini dan itu. Kemudian andaikan saldo di bank kamu ada Rp. 100 juta dan dapat tambahan Rp. 100 juta lagi, masih terasa signifikan, saldo kamu bertambah 100%, masih ada kepuasan disitu . Tapi coba bayangkan bagi orang yang yang saldo bank nya sudah Rp. 100 milyar, tambahan Rp. 100 juta hanya berarti tambahan kekayaan sebesar 0,1%, bagi mereka Rp. 100 juta itu receh. Sama halnya kamu yang gajinya saat ini Rp. 10 juta lalu dapat bonus dari kantor Rp. 10 ribu, serasa ga ada apa-apanya.

Yang mau saya garis bawahi disini adalah: Uang Rp. 100 juta tetaplah Rp. 100 juta. Namun artinya bisa berbeda bagi tiap orang. Bagi mereka yang super kaya, tambahan kekayaan Rp. 100 juta ga ada apa-apanya. Tapi bagi kebanyakan orang, bahkan bagi kelas menengah, Rp. 100 juta itu sesuatu yang bisa mengubah hidup mereka.

Bukannya kita mau merampas kekayaan orang kaya, ya! Tapi kita bisa menciptakan lapangan bermain yang lebih adil. Berikut beberapa opsi yang bisa dipertimbangkan :

1. Investasi pada Modal Manusia:

Bayangin, setiap orang adalah sebuah “pabrik”. Untuk meningkatkan produktivitas “pabrik” ini, kita perlu berinvestasi pada pendidikan dan pelatihan berkualitas tinggi. Ini seperti memberi “mesin” yang lebih canggih dan efisien untuk setiap individu. Pendidikan dan keahlian membantu orang miskin meningkatkan produktivitas dan penghasilan mereka secara signifikan. Semakin banyak keahlian yang mereka miliki, peluang mereka dalam menghasilkan uang akan lebih tinggi.

Dalam konteks uang Rp. 100 juta tadi. Daripada buat ganti velg motor Harley Davidson, lebih bermanfaat digunakan untuk subsidi e-course karyawan perusahaannya atau memberikan beasiswa bagi anak-anak karyawan. Toh Rp. 100 juta kan bagi mereka yang super kaya hanya receh.

2. Akses yang Lebih Adil terhadap Modal:

Orang kaya punya akses mudah ke pinjaman dan investasi. Orang miskin? Seringkali terhambat oleh birokrasi, suku bunga tinggi, dan kurangnya akses ke informasi. Kita perlu menciptakan sistem keuangan yang inklusif, yang memberikan akses yang lebih adil dan merata terhadap modal bagi semua lapisan masyarakat.

Kembali ke uang Rp. 100 juta tadi. Yang daripada buat beli sepatu yang hanya dipakai sekali lalu terlupakan di lemari. Lebih baik diputar untuk dijadikan pinjaman modal kerja ke karyawan atau UMKM. Multiplier effectnya bisa berkali-kali daripada hanya membeli sepasang sepatu.

3. Dukungan UMKM dan Kewirausahaan:

UMKM adalah mesin penggerak ekonomi. Mereka menciptakan lapangan kerja dan mendorong inovasi. Dengan memberikan pelatihan bisnis, akses pendanaan yang mudah, dan perlindungan hukum yang memadai, kita bisa membantu UMKM berkembang dan menciptakan lebih banyak peluang ekonomi bagi masyarakat, terutama di kalangan kurang mampu. Ini seperti memberikan banyak “mesin kecil” yang bisa dikelola dengan baik, sehingga menghasilkan banyak peluang keuntungan yang berkelanjutan.

Lagi-lagi ke uang Rp. 100 juta. Uang segitu sejatinya bisa dipakai untuk banyak hal yang jauh-jauh lebih bermanfaat daripada membeli 1 unit jam tangan. Uang tersebut bisa membuat orang yang tadinya ga punya usaha menjadi punya usaha. Bisa membuat orang yang tadinya ga punya skill menjadi punya skill. Bisa membuat orang yang tadinya ga punya penghasilan menjadi punya penghasilan.

Sampai sini pasti ada yang beranggapan. “Kok, lo ngatur-ngatur orang kaya? Itu duit-duit mereka, terserah mereka mau buat beli Rolex, Louis Vuitton, Gucci, terserah mereka”. Iya sih terserah mereka, dan itu duit-duit mereka. Tapi sadar ga sih mereka dapet duit darimana? Dari market kan? Dan market itu masyarakat kan? Masyarakat itu orang banyak kan?

Dan mereka dapetin duit itu emang hasil kerja keras mereka sendiri? Pasti dibantuin banyak karyawan kan? Pasti dibantu banyak supplier, konsultan, outsourcing? Kenapa ga mereka balik ngebantu orang yang udah ngebantu mereka?

Lagipula siapa sih pemilik asli dari uang, emas, dan semua kekayaan di muka bumi? Saya, kamu, mereka?

Buat mereka yang tingkat kesadarannya masih di level bumi, anggapannya adalah aku adalah aku, kamu adalah kamu, saya dan kamu adalah entitas yang terpisah. Tapi buat mereka yang tingkat kesadarannya di level langit, sejatinya yang ada hanya kepentingan bersama. Jika aku berbuat baik padamu maka itu aku berbuat baik pada diriku juga, dan sebaliknya.

Di Kitab Suci Al-Quran pun sudah diingatkan :

… barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya …( QS. al- Maidah: 32).


Monitor performa bisnis Anda dengan GRATIS 30 hari uji coba Accounting Software terbaik di Indonesia. Klik link ini sekarang: https://my.jurnal.id/id/users/sign_up?referral_code=MPRIZKIA001.
Atau WA 085810548732 untuk diskon dan konsultasi lebih lanjut.

Post Comment

You May Have Missed