Filosofi “The Driver, The Car, and The Route” Dalam Menyusun Rencana Tahunan – Part 2 of 5

The Driver, The Car, The Route

Dalam tulisan sebelumnya kita telah membangkitkan kesadaran mengenai pentingnya melakukan perencanaan dalam bisnis. Bahwa perencanaan itu bukan sekedar perlu, tapi penting. Memang sih bisnis masih ada yang bisa bertahan tanpa perencanaan, tapi apa kita cukup puas hanya dengan bertahan? Tidakkah kita ingin maju, berkembang, berekspansi, memberi manfaat lebih banyak? Dan bagaimana kita mencapai itu semua tanpa rencana yang jelas?

Di bagian dua tulisan ini saya akan menyampaikan filosofi The Driver, sang pengemudi. Bisnis hanyalah bagian dari kehidupan manusia. Masih banyak aspek dalam hidup diluar bisnis itu sendiri. Banyak orang terjebak meluangkan begitu banyak waktu dan energi untuk mengurus dan membesarkan bisnis sampai lupa bahwa ada aspek kehidupan lain yang juga harus diperhatikan. Aspek rohani, hubungan dengan Tuhan. Aspek keluarga, aspek sosial, aspek kesehatan mental.

Jadi di awal penting sekali untuk memisahkan diri pribadi dengan bisnis yang kita kelola. Bisnis bisa maju, bisa mundur, dan bisa juga bangkrut. Namun kita sebagai manusia harus senantiasa dalam kondisi emosional yang terkendali, terlepas dari kondisi bisnis. Betul bahwa ketika kita mengelola bisnis kita harus sepenuh hati, all-in. Tapi ingat, tidak perlu sampai 24 jam. Anda itu manusia, bukan rest area. Sebagaimana seorang pembalap yang harus menyatu dengan mobilnya ketika balapan. Namun ingat balapan itu hanya beberapa jam. Setelahnya si pembalap keluar dari mobil dan melakukan hal lainnya. Si pembalap bukanlah mobil. Anda bukanlah bisnis Anda. Bisnis hanya bagian dari kehidupan Anda yang bisa datang dan pergi.

Mengapa kesadaran ini penting? Bahwa kita sebagai pribadi harus bisa men dis-identifikasikan dengan bisnis. Karena dengan sudut pandang ini kita bisa melihat dan merencanakan bisnis dengan lebih obyektif, dengan lebih rasional. Ya, memang kita harus bisa memengaruhi pasar atau customer secara emosional. Tapi bisnis itu sendiri harus dikelola secara rasional dan dengan akal sehat. Dan untuk bisa bersifat rasional, sudut pandang objektif itu penting.

Apa hubungan kesadaran ini dengan perencanaan tahunan? Rencana tahunan sebenarnya adalah turunan dari rencana jangka panjang, yaitu rencana strategis. Namun pastinya tidak semua bisnis sudah punya rencana strategis. Jadi kalau belum rencana strategis, rencana tahunan diturunkan dari mana? Jawaban sederhananya adalah dari visi, misi, dan nilai. Perusahaan harus punya itu. Kalau di diri pribadi visi, misi, dan nilai ini seperti tujuan hidup, alasan hidup, dan prinsip hidup. Ya, memang manusia bisa saja hidup tanpa tujuan, alasan, dan prinsip hidup. Tapi kehidupan seperti apa yang dijalankan tanpa itu semua?

Perusahaan pun demikian, memang bisa berjalan tanpa visi, misi, dan nilai. Tapi sekali lagi, cukupkah hanya sekedar berjalan dan bertahan? Visi, misi, dan nilai tidak lahir dari perusahaan sebagai entitas bisnis. Visi, misi, dan nilai lahir dari individu, biasanya adalah pendiri dan pemilik bisnis itu sendiri. Visi dan misi adalah cita-cita, keinginan luhur, tujuan jangka panjang atas entitas bisnis yang saat ini sedang dijalankan. Visi dan misi adalah pandangan berpuluh-puluh tahun ke depan, bahkan setelah si pembuat visi itu wafat. Visi dan misi adalah sesuatu yang berusaha diwujudkan secara berkelanjutan setiap tahunnya, setiap harinya.

Nilai adalah prinsip, keyakinan, standard yang menjadi pedoman perilaku dalam pengambilan keputusan, budaya kerja, dan pembuatan peraturan di perusahaan. Nilai adalah identitas dari perusahaan yang membedakan dari perusahaan lainnya. Nilai adalah apa yang membuat perusahaan itu unik dibanding yang lainnya.

Sampai sini peran The Driver dalam menentukan kemana perusahaan ini akan dibawa. Perusahaan mungkin bisa berganti, strategi dan rencana mungkin bisa berubah-ubah. Namun visi, misi, dan nilai yang dianut oleh seorang pendiri akan tetap dipegang teguh. Sebagaimana seorang pengemudi yang bisa mengemudikan mobil mana saja melalui rute mana saja.

Stay tune di tulisan berikutnya yang akan membahas tentang filosofi The Car. The company itself.

Post Comment

You May Have Missed